STEMI ( Infark Miokard Dengan ST Elevasi )
STEMI
atau Infark miokard dengan gambaran ST elevasi pada ekg adalah perkembangan
cepat dari nekrosis otot jantung transmural yang disebabkan oleh sumbatan pada
pembuluh darah koroner yang menghasilkan gambaran ST Elevasi pada EKG
Menurut
Alpert, infark miokard terjadi oleh penyebab yang heterogen, antara
lain:
1.
Infark miokard tipe 1
Infark miokard secara spontan
terjadi karena ruptur plak, fisura, atau diseksi plak aterosklerosis. Selain
itu, peningkatan kebutuhan dan ketersediaan oksigen dan nutrien yang inadekuat
memicu munculnya infark miokard. Hal-hal
tersebut merupakan akibat dari anemia, aritmia dan hiper atau hipotensi.
2.
Infark miokard tipe 2
Infark miokard jenis ini
disebabkan oleh vaskonstriksi dan spasme arteri menurunkan aliran darah
miokard.
3.
Infark miokard tipe 3
Pada keadaan ini, peningkatan
pertanda biokimiawi tidak ditemukan. Hal ini disebabkan sampel darah penderita
tidak didapatkan atau penderita meninggal sebelum kadar pertanda biokimiawi
sempat meningkat.
4.
a. Infark miokard tipe 4a
Peningkatan kadar pertanda
biokimiawi infark miokard (contohnya troponin) 3 kali lebih besar dari nilai
normal akibat pemasangan percutaneous
coronary intervention (PCI) yang memicu terjadinya infark miokard.
b. Infark miokard tipe 4b
Infark miokard yang muncul akibat
pemasangan stent trombosis.
Gejala Klinis
Nyeri
dada penderita infark miokard serupa dengan nyeri angina tetapi lebih intensif
dan berlangsung lama serta tidak sepenuhnya hilang dengan istirahat ataupun
pemberian nitrogliserin. Angina pektoris adalah “jeritan” otot
jantung yang merupakan rasa sakit pada dada akibat kekurangan pasokan oksigen
miokard. Gejalanya adalah rasa sakit pada dada sentral atau retrosentral yang
dapat menyebar ke salah satu atau kedua tangan, leher dan punggung. Faktor
pencetus yang menyebabkan angina adalah kegiatan fisik, emosi berlebihan dan
terkadang sesudah makan. Hal ini karena kegiatan tersebut mencetuskan
peningkatan kebutuhan oksigen. Namun, sakit dada juga sering timbul ketika pasien
sedang beristirahat.
Rasa
nyeri hebat sekali sehingga penderita gelisah, takut, berkeringat dingin dan
lemas. Pasien terus menerus mengubah posisinya di tempat tidur. Hal ini
dilakukan untuk menemukan posisi yang dapat mengurangi rasa sakit, namun tidak
berhasil. Kulit terlihat pucat dan berkeringat, serta ektremitas biasanya
terasa dingin.
EKG
sebagai Penegakan Diagnosis Infark Miokard
Kompleks
QRS normal menunjukkan resultan gaya elektrik miokard ketika ventrikel
berdepolarisasi. Bagian nekrosis tidak berespon secara elektrik. Vektor gaya bergerak
menjauhi bagian nekrosis dan terekam oleh elektroda pada daerah infark sebagai
defleksi negatif abnormal. Infark yang menunjukkan abnormalitas gelombang Q
disebut infark gelombang Q. Pada sebagian kasus infark miokard, hasil rekaman
EKG tidak menunjukkan gelombang Q abnormal. Hal ini dapat terjadi pada infark
miokard dengan daerah nekrotik kecil atau tersebar. Gelombang Q dikatakan
abnormal jika durasinya ≥ 0,04 detik.
Namun hal
ini tidak berlaku untuk gelombang Q di
lead III, aVR, dan V1, karena
normalnya gelombang Q di lead ini lebar dan dalam (Chou, 1996). Pada injury miokard, area yang terlibat tidak
berdepolarisasi secara sempurna. Area tersebut lebih positif dibandingkan
daerah yang normal pada akhir proses depolarisasi. Jika elektroda diletakkan di
daerah ini, maka potensial yang positif akan terekam dalam bentuk elevasi
segmen ST. Jika elektroda diletakkan
di daerah sehat yang berseberangan dengan area injury, maka terekam potensial
yang negatif dan ditunjukkan dalam bentuk ST depresi. ST depresi juga terjadi
pada injury subendokard, dimana elektroda dipisahkan dari daerah injury oleh
daerah normal. Vektor ST bergerak menjauhi elektroda, yang menyebabkan gambaran
ST depresi.
Iskemik
miokard memperlambat proses repolarisasi. Area iskemik menjadi lebih negatif
dibandingkan area yang sehat pada masa repolarisasi. Vektor T bergerak menjauhi
daerah iskemik. Elektroda yang terletak di daerah iskemik merekam gerakan ini
sebagai gelombang T negatif. Iskemia subendokard tidak mengubah arah gambaran
gelombang T, mengingat proses repolarisasi secara normal bergerak dari epikard
ke arah endokard. Karena potensial elektrik dihasilkan repolarisasi
subendokardium terhambat, maka gelombang T terekam sangat
tinggi.
Berikut Link yang dapat kita lihat mengenai gambaran ekg pada infark miokard :
Contoh - Contoh Gambaran EKG pada STEMI sebagai berikut :
0 komentar:
Post a Comment